CERPEN , PUISI ,
PANTUN
Nama : Bonhoeffer Dietrich Tumbilung
Kelas :
X IS -1
Guru
Pembimbing : Fonny Tumundo S.Pd
SMA NEGERI 2 BITUNG
A.
Cerpen
‘Teman’
Perjalanan kali ini
membuat saya makin memahami arti sebuah kata benda yaitu teman.Seminggu yang
lalu saya berkata kepada seorang teman yang baru pertama kali bertemu
‘’Dihadapan teman-teman,saya merasa tak tahu diri. Mereka memperlakukan saya
terlalu baik. Saya tak tahu bagaimana caranya membalas mereka.’’ Ini semua
bukan basa-basi kosong belaka,tetapi kenyataan sesungguhnya. Sesudah mengucapkan
kata-kata ini pada hari kelima saya berpisah dengan teman tersebut, entah
apakah masih ada kesempatan berjumpa dengannya lagi kelak. Namun demikian,
setitik kehangatan yang ia telah berikan tetap menggocangkan hati saya.
Seperti biasa, saya tidak bisa
menatap terlalu lama disuatu tempat. Sekalipun demikian, ditengah pencarian
yang singkat itu saya masih mendapatkan secerah cahaya pelita, yang memerangi
kegelapan jiwa, dan menjadikan hidup ini lebih cerah. Pelita tersebut adalah
persahabatan. Sudah semestinya saya berterima kasih kepadanya, karena sejak
mengandalkannya, saya bisa hidup hingga sekarang lagipula persahabatan jualah yang mampu
menghapuskan bayang-bayang keluarga yang saya tinggalkan.
Didunia ini banyak orang melupakan
teman dari keluarga. Setidaknya, orang akan menarik garis batas diantara teman
dan keluarga, memperlakukan keluarga sebagai sesuatu yang jauh lebih penting
ketimbang teman. Hal ini seolah-olah merupakan masalah yang sudah semestinya
terjadi. Saya pun telah melihat dengan mata kepala sendiri beberapa orang yang
setelah menikah lalu meninggalkan teman, meninggalkan karir .
Teman hanya sementara, keluarga
selamanya. Dalam berperilaku banyak orang, saya jumpai pula kepercayaan semacam
ini, yang tidak dapat saya pahami. Bagi saya, jika tidak ada teman, entah
bagaimana sengsaranya saya sekarang,saya sendiri tidak tahu.
Bagaimanapun teman-teman telah
menolong saya. Mereka telah memberikan apa-apa yang tak dapat saya berikan oleh
keluarga saya. Kasih saying, bantuan, dan dorongan semangat mereka, beberapa
kali telah menyelamatkan saya dengan mengembalikan saya dari tepi jurang yang
amat curam. Mereka sering kali menunjukkan pengorbanan yang amat besar terhadap
saya.
Hidup yang saya jalani
amat pahit, gelap. Namun demikian, teman-teman telah membagi sejumlah besar
simpati, kasih, kegembiraan, dan air mata kepada saya. Semua ini merupakan
kebutuhan bagi keberlangsungan hidup. Pemberian-pemberian sedekah yang tak
terbalaskan ini mampu menghangatkan dan membahagiakan hidup saya. Diam-diam
saya telah menerima semua itu. Saya justru belum pernah mengucapkan sepatah pun
rasa syukur,juga belum pernah membalasnya dengan tindakan apapun. Tetapi
teman-teman toh tidak membebani saya dengan penyebutan kebaikan-kebaikan
mereka, mereka terlalu tulus terhadap saya.
Kali ini saya melewati
banyak daerah baru, menjumpai banyak teman baru. Saya jadi amat sibuk, sibuk
melihay,mendengar,berbicara,sibuk berjalan.Saya tidak menemui kesulitan apapun
karena teman-teman telah mempersiapkan segalanya buat saya,agar saya tidak
kekurangan sesuatu apapun. Setiap berkunjung ke suatu daerah baru,saya merasa
seolah-olah sedang kembali ke rumah lama diShanghai yang telah dibumihanguskan
Jepang.
Setiap teman, tak
peduli betapa pahit hidupnya sendiri dan betapa sederhananya pun, tetap dengan
tulus mau membagi banyak hal kepada saya, meskipun tahu bahwa saya cukup mampu
menggantikan sedikit pun. Ada beberapa orang teman yang bahkan nama-nama mereka
pun tidak saya ketahui sebelumnya, yang mengkhawatirkan kondisi kesehatan saya,
dimana-mana mereka menanyakan keadaan penyakit saya hingga ketika mereka
melihat sendiri wajah dan punggung saya yang terbakar sinar matahari, barulah
mereka tersenyum lega. Situasi semcam ini sebenarnya benar-benar membuat orang
menitikkan air mata.
Ada orang yang percaya
bahwa jika saya tidak menulis tentu tidak dapat hidup. Dua bulan yang lewat,
seorang teman dari shanghai yang bersimpati terhadap saya mengirimkan naskah
terbitan berkalanya Harian Demokraktik
Guangzhow, yang membicarakan banyak hal tentang kehidupan saya. Ia pun
bilang bahwa jika seharian saya tidak menulis, maka esok hari tentu tidak
makan. Ini tidak betul-betul terjadi. Perjalanan kali ini membuktikan saya.
Walau seumpamanya saya tidak menulis lagi, teman-teman pun tak sudi membiarkan
saya kelaparan dan kedinginan. Dunia masih memiliki banyak manusia yang
dermawan , mereka sama sekali tidak beranggapan ekstrim bahwa diri sendiri dan
keluarga itu penting, melampaui segalanya. Dengan mengandalkan mereka saya bisa
hidup hingga kini,malahan dengan mengandalkan mereka saya masih akan hidup
terus.
Teman-teman member saya
amat banyak,terlalu banyal. Bagaimana bisa saya membalas mereka ? tetapi saya
tahu bahwa mereka tidak butuh pembalasan.
Belum lama berselang,
didalam buku peninggalan Filosof Perancis
saya menemukan kata-kata seperti ini ‘’ Semua prasyarat bagi berlangsungnya
kehidupan adalah pemenuhan kebutuhan. Didunia ini ada satu jenis kemuliaan yang
tak dapat dipisahkan dari eksistensi kehidupan,yang tanpa kehadirannya kita
tentu akan mati, akan kering dibagian dalam. Modal jika bukan motif-motif untuk
kepentingan diri sendiri,tentulah bunga-bunga kehidupan.’’
Didepan mata saya
sedang bermekaran kuntum-kuntum bunga kehidupan manusia. Bilamanakah hidup saya
mulai mekar ? Masa iya sekarang saya telah ‘’layu sebelum berkembang?’’
Seorang teman berkata
‘’Aku seperti pelita, aku akan menggunakan cahayaky untuk menerangi kegelapan.’’
Saya tidak menjadi seperti pelita yang terang. Jika demikian,
biarkan saya menjadi seonggok kayu bakar. Saya bersedia memancarkan panas yang
saya terima dari matahari, saya bersedia dibakar hingga hancuur jadi abu untuk
menyumbangkan sedikit kehangatan bagi dunia.
B.
PUISI
BENCANA
ALAM
Oh bencana mengapa engkau melanda
Negeriku. Negeriku yang Indah
Betapa banyak orang yang
Menderita karena engkau
Oh Bencana engkau telah banyak
Menyapu Ribuan Nyawa. Aku sedih melihat
Saudara-saudaraku terlempar dan
mati.
Oh bencana
pergilah jauh dari negeriku
Aku ingin negeri yang indah ini
Makmur dan
tentram seperti sedia kala
C.
PANTUN
Kemana Kancil akan dikejar
Ke dalam pasar cobalah cari
Ketika Kecil rajin belajar
Sesudah besar senanglah hati
No comments:
Post a Comment